Bundaku, Bundamu, Bunda kita, Bunda Tuhan
(Remah Dari Negeri Seberang: Yans Sulo Paganna', Pr)
"Muantapsss,…aku kasih jempol dua kali untuk gambarnya", demikian balasan salah satu rekan di group FB (facebook) saat aku mengirim sebuah gambar bunda Maria dengan komentar dalam gambar itu 'kehidupan hidlang dari dunia karena hawa, tetapi berkat Maria bundaku,bundamu, bunda kita dan bunda Tuhan Yesus kehidupan itu dibawa kembali kedalam dunia', pada dinding status emailku.
Gara-gara gambar tersebut aku terpancing untuk chating dengan beberapa teman di group facebook. Kami berbicara dan berdiskusi soal seorang perempuan sederhana yang sangat berbahagia bukan hanya di antara semua perempuan, tetapi di antara semua manusia. Seorang perempuan yang dipercaya oleh Allah untuk mengandung Sang Penyelamat.
Seorang teman chating sore itu yang kuduga bukan seorang yang menerima bunda Maria sebagai bundanya atau boleh jadi seorang yang sangat beriman beriman dalam Gerej Katolik tetapi pura-pura tidak tahu tentang perempuan paling berbagaia sejagad dan sepanjang masa itu sedikit membuatku jengkel. Sepertinya dia sama sekali tidak bisa menelaah logika berpikir sederhana yang aku berikan. Teman itu menyerangku dengan pertanyaan bertubi-tubi, sehingga aku seperti seorang Chris John di atas ring tinju yang mencoba membiarkan "musuh"ku itu melepaskan semua pukulan sampai ia kehabisan tenaga dan kemudian aku menyerang balik "Prukkk,..", dan ia terjatuh.
Bundaku-bundamu-bundakita-bunda Tuhan. Luar biasa, hebat, dan mengagumkan. Bagaimana tidak, perempuan terpilih yang tidak lain adalah bunda Tuhan kita Yesus Kristus Sang Penyelamat, sudi menjadi bundaku, sudi menjadi bundamu, dan sudi menjadi bunda kita semua.
Kokh bisa ya? Ya lah iyalah,… Kenapa tidak? Lewat baptisan kita diangkat oleh Allah menjadi anak-anak-Nya dalam Putera-Nya, Tuhan kita. Kalau kita diangkat menjadi anak-Nya sendiri, maka tidak perlu bertanya lagi Yesus Putera-Nya itu siapa? Pertanyaan yang tidak perlu lagi dijawab. Dia adalah Tuhan kita dan telah menjadi Saudara kita sendiri. Bedanya bahwa Tuhan kita Yesus Kristus itu memiliki keputeraan dalam kemanusiaan dan keallahan. Aku, anda, kita sebagai Gereja tidak memiliki keputeraan dalam keallahan dari Bapa kita. Dia adalah saudara kita dalam kemanusiaan-Nya dan Tuhan kita dalam keallahan-Nya. Dalam Tuhan Yesus yang adalah Tuhan dan Allah kita ini, kita diangkat menjadi putera-puteri Allah sendiri. Sebuah kehormatan dan rahmat tak ternilai bagi kita.
Lalu,….? Lalu dengan demikian bunda Maria yang adalah bunda Tuhan itu juga menjadi bundamu, bundaku, dan bunda kita. Logikanya sangat sederhana bukan?
Tetapi belum selesai. Mari kita lihat apa yang terjadi di dekat salib Tuhan kita saat Dia tergantung di kayu salib. Murid-murid-Nya yang tentu saja sangat menyayangi dan mencintai (Kecuali Yudas sang penghianat, yang sesungguhnya harus juga kita hormati), bersama bunda-Nya berada di sekitar tempat penyaliban Tuhan kita, di saat-saat mau penyerahan hidup-Nya kepada Bapa di surga, Tuhan kita masih menegaskan tentang keputeraan kita itu lewat perwakilan Yohanes.
Masih ingat apa yang Tuhan katakana? Dia menunjuk Yohanes dan berbicara kepada bunda-Nya, "Ibu,… lihatlah anakmu" sambil mengarahkan tatapan-Nya yang sudah tidak segar lagi ke arah wajah Yohanes. Tatapan yang sama dibawa-Nya kembali kepada ibu-Nya dan berkata, "Yohanes itu ibumu". Sebuah penegasan yang sangat mengagumkan. Sebuah kepercayaan yang amat besar bahwa Tuhan kita menunjuk Yohanes, sebagai wakil kita menjadi "saudara-Nya" sendiri di depan bunda-Nya dan di hadapan orang-orang yang ada di sekitar gunung Golgota pada saat itu.
Renungkanlah dalam-dalam bahwa peristiwa penegasan diri-Nya sebagai saudara kita, dan bunda Maria sebagai ibu kita ini disampaikan-Nya pada saat-saat terkhir hidup-Nya di dunia, sebelum kemudian bangkit pada hari ketiga. Dan seperti yang anda tahu, biasanya pesan-pesan terakhir dari seseorang yang akan meninggal selalu diingat oleh orang yang ditinggalkan. Lalu kenapa kita mengabaikannya? Mengapa kita seolah-olah antara yakin dan tidak untuk memandang Yesus Tuhan kita itu sebagai saudara kita dalam kemanusiaan-Nya dan Tuhan kita dalam keallahan-Nya? Atau sudah lupakah kita saat Ia mengajarkan doa Bapa kami yang sangat indah dan setiap hari kita doakan? Di dalam doa tersebut, Ia meminta kita menyapa Bapa-Nya sendiri sebagai Bapa kita juga dengan mengatakan, "Bapa kami yang ada di surga,…", dan bukan "Bapa-Nya Tuhan kami Yesus Kristus yang ada di surga,…".
Kalau demikian, maka bunda Maria, bunda Tuhan kita, telah menjadi bundaku, bundamu, dan bunda kita semua; selain lewat penyerahan Tuhan kita satu dengan yang lain di dekat salib-Nya, tetapi terutama lewat baptisan yang telah kita terima. Juga kisah yang jauh sebelumnya saat mengajarkan doa Bapa kami kepada kita sesungguhnya oleh Tuhan kita sendiri sungguh menegaskan bagaiman hubungan kita dengan diri-Nya sendiri. Semua ini menjadi lengkap bagi kita untuk sungguh memandang bunda Maria dengan penuh hormat.
Baik, kita kembali ke NB (net book) dari FB (facebook). Lalu kalau kita sudah menerima dua peristiwa di atas, plus kisah saat mengajarkan doa Bapa kami kepada murid-murid-Nya (baca: kita) maka seharusnya jugalah kita memiliki logika yang lurus tentang bunda Maria. Sebagai bunda kita (baca: bunda Gereja), bundaku, bundamu, dan bunda Tuhan kita Yesus Kristus, dia harus mendapat tempat yang sangat istimewa dalam diri kita, layaknya seorang ibu kandung kita sendiri. Sebagai bunda kita, sebagai seorang ibu kita, penghormatan adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Dengan kata lain, dia pantas kita hormati selain sebagai bunda Tuhan kita tetapi juga karena telah menjadi bunda kita sendiri.
Akhir kata, bukankah anda masih ingat pepatah lama, "Surga terletak di telapak kaki ibu". Karenanya anda jangan ragu dan malu-malu untuk memberi penghormatan kepada bunda kita yang adalah bunda Tuhan, bunda Gereja, bundamu, dan bundaku. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar