MARI TERTAWA DAN BERMENUNG
=Rapat Kerbau Berakhir Ricuh=
(P. Yans Sulo Paganna', Pr).
Dari negeri para binatang dikisahkan bahwa kelompok kerbau sepakat untuk mengadakan musyawara bersama. Inti musyawara yang hendak dicapai adalah mencari kesepakatan supaya harga-harga mereka di mata manusia sama.
Musyawara yang dihadiri perwakilan dari masing-masing jenis kerbau itu dipersiapkan dengan baik. Tidak tanggung, tanggung ketua panitia menyewa satu lapangan bola untuk acara musyawara bersama di antara mereka. Seksi-seksi dibentuk, bahkan koordinator masing-masing seksi secara berkala bertemu dan selalu dihadiri oleh ketua panitia, sekertaris, bendahara dan beberapa penasehat.
Setelah tiba hari "H", semua perwakilan kerbau yang merupakan utusan kelompok memasuki lapangan dengan wajah-wajah yang seram. Semua siap dengan argumen masing-masing. Wakil dari kelompok tedong saleko yang awalnya tampak tenang, saat memasuki lapangan Musyawara yang telah ditata indah oleh seksi tempat itu akhirnya mulai tampak gelisah. Iya mulai sadar bahwa dalam muyawarah bersama hari itu dialah yang akan menjadi sorotan kerbau-kerbau yang lain.
Saat semua perwakilan kelompok kerbau itu telah menempati tempat mereka masing-masing seperti yang diatur oleh seksi tempat, ketua panitia didampingi sang sekertaris dan beberapa penasehat mengambil tempat terdepan menghadap para anggota peserta Musyawara. Model tempat yang dirancang oleh seksi tempat sedikit membentuk lingkaran untuk menggambarkan kesederajatan di antara mereka.
Rapat dibuka oleh ketua panitia, "Saudara-saudara seperti yang anda dan kita ketahui bersama, maksud Musyawara kita pada hari ini sampai besok sebelum fajar menyingsing adalah ingin mengambil keputusan bersama secara mufakat supaya harga-harga kita ditentukan samarata. Musyawara kita pada hari ini dihadiri oleh semua perwakilan dari masing-masing kelompok, kecuali kelompok tedong bulan yang juga kami undang tetapi tidak sempat hadir dengan alasan kehabisan tiket. Kita harus maklum karena sudara-saudara kita ini tinggal di daerah yang jauh dan tidak ada yang tinggal di daerah kita ini. Apakah Musyawara ini boleh kita buka?" tanya ketua panitia kepada para peserta Musyawara.
"Intorupsi saudara ketua,… sebelum memulai saya selaku wakil tedong tekken langi', mau bertanya soal pengaturan tempat. Apakah alasan panitia menempatkan kelompok kami di bagian paling belakang. Sekian saudara ketua?"
Belum sempat dijawab oleh panitia tiba-tiba salah satu kelompok langsung menyerobot, "Saya kira inilah salah satu maksud dari kegiatan hari ini, yakni hendak menentukan kesederajatan di antara kita", katanya.
"Apa, kesederajatan?", kata tedong saleko mulai terpancing.
"Hahaahahaa,… enak saja ngomong. Apakah saud,..".
Belum sempat wakil dari tedong saleko yang sudah mulai emosi itu berbicara, tiba-tiba ketua panita menghentikannya. "Saudara-saudara yang terhormat, rapat Musyawara bersama belum kita mulai dan anda sudah bertengkar. Saya atas nama ketua panitia meminta supaya semua tertib mengikuti musyawara ini", katanya mencoba menertibkan situasi.
"Hahaha,… saudara ketua, saya selaku wakil dari kelompok tedong saleko tidak setuju dengan,…"
"Diam ! Saya bilang diam,…" kata ketua panitia dengan nada tegas.
"Saudara harus taat dengan peraturan dalam Musyawara ini, salah satunya adalah taat pada pimpinan rapat", sambung ketua panitia.
Suasana menjadi hening saat ketua panitia mulai berbicara keras. Rapat Musyawara kembali dilanjutkan.
"Saudara-saudara yang saya hormati. Sebelum sampai pada kesepakatan mengenai kesederajatan yang akan kita bangun bersama, baik kiranya kalau dalam session pertama ini masing-masing dari kita mengungkapkan argumen-argumennya mengapa manusia selama ini memberinya nilai yang tinggi atau rendah", kata sang ketua panitia. "Dan demi ketertiban Musyawara bersama ini, saya selaku ketua dan sekaligus pemimpin rapat yang akan menentukan siapa yang boleh bicara. Okey, setujuh?", tanya sang pemimpin rapat. Semua terdiam, tanda setuju.
"Baik, saya persilahkan pertama kepada wakil dari kelompok tedong saleko. Silahkan memberikan argumen mengapa manusia menilai anda terlalu tinggi".
"Terima kasih atas waktu yang diberikan kepada saya selaku wakil dari kelompok tedong saleko", katanya.
"Saya kira kami layak dihargai tinggi dibandingkan saudara-saudara karena beberapa alasan: Pertama, kelangkaan kami. Kalau boleh saya katakana, kami ini adalah kelompok khas dan istimewa karena kami hanya bisa lahir di daerah ini,…" "Apa,… apa iya,… " terdengar nada protes dalam halaman tsb.
"Okey barangkali anda semua terkejut dengan ini dan akan mengatakan di tempat lain juga kelompok kami ini banyak ditemukan. Saya ingin mengatakan, itu bukanlah turunan dari kelompok kami. Hati-hati jangan sampai tertipu, karena kami memiliki kekhasan yang tidak semua manusia mengetahuinya. Kedua, kami dinilai tinggi karena warna kulit kami yang khas dengan simbol-simbol yang kami hadirkan pada kulit kami, dan ini tidak ada pada diri anda sekalian. Jadi minta maaf ini juga adalah kekhasan dari kelompok kami. Simbol yang kami hadirkan ini membawa pesan tersendiri bagi manusia. Ketiga, tanduk, kuku dan sorot mata kami yang sangat indah serta ketenangan kami membuat manusia juga jatuh hati dengan kami. Dan yang terakhir, harap dikoreksi kalau keliru, konon daging kami serta aroma kami jauh lebih enak dan harum dibandingkan dengan daging dan aroma saudara-saudara sekalian", katanya menutup argumen-argumennya.
"Huuu,… puji diri melulu," terdengar komentar dari belakang.
Suara-suara sumbang yang liar itu dihentikan oleh pimpinan rapat, "Harap saudara-saudara tetap menjaga etika Musyawara yang kita anut".
"Sekarang kesempatan berikut saya berikan kepada kelompok yang hampir mirip dengan itu yakni kelompok tedong sambau'. Saya persilahkan memberikan argumen-argumennya".
Dengan sedikit malu-malu wakil dari tedong sambau' menekan tombol on pada mic yang ada di depannya. "Baik saudara-saudara saya yang terhormat. Saya tidak pandai bicara seperti saudara pembica yang pertama tadi, tetapi kalau kami, eee.. kalau saya selaku wakil dari kelompok tedong sambau' diminta untuk memberikan alasan mengapa manusia memberi kami harga yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dari harga saudara kita babi. Kami sudah beberapa kali melayangkan surat protes kepada manusia, tetapi jawabannya selalu bahwa kami ini adalah kelompok yang salah cetak kata mereka. Katanya, kami ini antara mau lahir ke kelompok tedong saleko atau tedong bulan yang oleh manusia di negeri ini dipantangkan untuk hidup karena dianggap sumber tertutupnya reseki bagi mereka. Karena itu seperti yang anda ketahui dan lihat sendiri pada kelompok kami, sepintas hampir mirip dengan tedong bonga tetapi juga nyaris mirip tedong bulan, dan mata kami memang tidak seindah dengan teman-teman kelompok tedong bonga apalagi tedong saleko. Tampilan wajah kami juga tidak terlalu enak untuk dipandang. Jadi kami menerima saja diri ini apa adanya. Barangkali ini memang nasib yang sudah harus kami terima", kata wakil tedong sambau' dengan nada pesimis dan merendah.
Rasa ibah memenuhi lapangan tempat Musyawara itu berlangsung saat mendengar argumen dari kelompok tedong sambau'.
"Baik saudara-saudara. Suasana Musyawara kita sampai pada detik ini masih berjalan baik, sekarang saya selaku pimpinan rapat memberikan kesempatan kepada wakil dari kelompok tedong balean. Seperti saudara-saudara ketahui bahwa manusia juga memberikan nilai yang cukup tinggi terhadap saudara-saudara kita ini, saya persilahkan", kata pimpinan rapa mempersilahkan wakil dari kelompok tedong balean untuk berbicara.
Dengan gaya yang sedikit arogan wakil dari kelompok tedong balean ini mulai berbicara, "Saudara-saudara saya sekalian. Saya tidak perlu berterima kasih kepada saudara pimpinan rapat dan kepada saudara sekalian karena bukan itu yang anda harapkan. Saya kira yang anda harapkan adalah argumen dari kami seperti yang diminta oleh saudara pimpinan rapat. Baiklah kalau demikian. Seperti saudara-saudara ketahui dari nama kelompok kami saja saudara-saudara bisa memaklumi kalau manusia menilai kami dengan harga yang tinggi, bahkan seharusnya kamilah yang lebih tinggi daripada saudara kita dari kelompok tedong saleko, tapi sudahlah".
Tedong saleko yang mendengar itu langsung bereaksi "Apa yang anda katkan? Coba diulangi sekali lagi,…", protes tedong saleko dengan nada tersinggung tanpa dipersilahkan berbicara. Pimpinan rapat yang melihat situasi panas ini langsung meredamnya.
"Saudara-saudara, saya harap saudara-saudara masih setia dengan komitmen dan kesepakatan kita bersama untuk menjunjung tinggi etika Musyawara mufakat. Tidak ada yang boleh berbicara tanpa seizin pimpinan rapat", katanya dengan nada keras sambil mengarahkan pandangannya ke arah kelompok tedong saleko.
"Silahkan wakil dari kelompok tedong tekken langi' melanjutkan argument-argumennya", katanya mempersilahkan.
"Seperti yang sudah saya katakana tadi bahwa dari nama kelompok kami saja sudah menunjukkan nilai kami, tekken langi'. Artinya kamilah yang dipakai oleh manusia sebagai tongkat ke surge. Maka tidak ada kelompok kami, mereka tidak bisa melihat surge. Jadi sesungguhnya saudara-saudara hanya menggenapi saja keberadaan kami,…."
"Plakkk,….", tiba-tiba sebuah pukulan telak menghantamnya dari belakang.
" Kurang ajar, sombongnya selangit. Tidak salah nama tekken langi', sombongnya sampai ke langit benaran", kat kerbau dari kelompok tedong pudu' yang menghantamnya itu tanpa dipersilahkan untuk berbicara.
Kerbau dari kelompok lotong boko', yang dari tadi juga merasa jengkel mendengar kesombongan tedong tekken langi' itu tiba-tiba juga datang menghantamnya, "plakk,…plakkk,…".
Tekken langi' yang memang tidak dikarunia kemampuan untuk berkelahi tersungkur tak berdaya mendapat pukulan telak lotong boko' si kerbau pendiam yang ganas itu.
Suasana rapat Musyawara bersama siang itu tiba-tiba menjadi kacau karena dipicu oleh arogansi wakil dari tekken langi'. Ketua panitia yang sekaligus bertindak selaku pimpinan rapat beberapa kali mencoba mengendalikan situasi yang panas itu tetapi sudah tidak bisa ia kendalikan. Pasukan keamanan terpaksa diturunkan untuk mengamankan situasi yang tak terkendali itu. Rapat dihentikan dengan paksa oleh pimpinan rapat.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar