CAHAYA TELAH BERSINAR ATAS KITA BERKAT BUNDA MARIA
By: P. Y a n s Sulo Paganna', Pr.
"Kehidupan di dunia ini hilang oleh karena Hawa,
tetapi berkat Maria kehidupan yang hilang itu
kembali masuk kedalam dunia".
(Sto. Irenius)
Pengantar
Entah karena alasan apa, penulis selalu merasa terbuai saat lagu "O Maria Kilalaikan,…", dilagukan di rumah-rumah atau pada acara doa-doa orang katolik. Serasa lagu itu menembus sampai ke sum-sum tulang dan mengalirkan ketenangan kedalam hati. Penulis tidak tahu apakah Anda juga mengalami hal yang sama dengan penulis atau tidak. Karena itu, ketika dimintak oleh Buletin Lentera Iman untuk menulis tentang Maria, tanpa banyak pertimbangan penulis langsung mengiyakan. Penulis menyiapkan sebuah tulisan yang cukup serius yang sedikit ilmiah, tetapi kemudian penulis mendapat sms dengan tema yang sedikit khusus mengenai "Misteri Cahaya" dalam doa Rosario.
Setelah merenungkan tema ini, penulis merasa tidak menemukan ide yang bisa membuat pembaca semakin mencintai Rosario. Untunglah saat merangkai kata-demi kata untuk tulisan ini, penulis terbantu dengan suasana gelapnya pastoran Bokin – Toraja Utara dimana penulis tinggal; bukan karena mati lampu, atau karena sengaja, tetapi karena memang tempat penulis tinggal belum mengenal listrik. Dalam suasana gelap ini, penulis kemudian melangkah mengambil sebuah lilin paskah di ruang doa lalu menyalakannya untuk merangkai kata demi kata dalam NB (note book) penulis. Dari sini penulis terinspirasi tentang tema, "Peristiwa Cahaya". Penulis sadar betapa pentingnya dan berartinya sebuah terang di dalam kegelapan. Karena itu, di akhir tulisan penulis ini, penulis akan menarik sebuah refleksi singkat mengenai makna terang yang hadir dalam diri Yesus Kristus, Sang Terang dunia.
Okey, supaya lebih terbingkai dalam satu fraim, baik kiranya kalau penulis mencoba untuk menempatkan tema ini dalam tempatnya sebagai rangkaian peristiwa rosario. Karena itu penulis pertama-tama akan mengupas secara singkat mengenai munculnya devosi kepada Bunda Maria, mengapa Gereja memilih bulan Oktober sebagai bulan rosario, Latar belakang munculnya Peristiwa Cahaya, kemudian ajakan untuk semua umat katolik untuk mencintai doa rosario, dan refleksi singkat penulis tentang tema ini.
Apa itu Rosario?
Banyak umat yang dengan sangat rajin dan khusuk mendaraskan doa rosario setiap hari, dan teristimewa pada bulan Mei dan Oktober, tanpa tahu untuk apa berdoa rosario. Apa yang dibuatnya tersebut tidaklah salah. Tetapi lebih baik lagi kalau apa yang kita buat sungguh-sungguh kita mengerti dan tahu maksudnya. Istilah rosario ini sesungguhnya berarti 'karangan bunga', dari arti kata Latin rosarium: rosa = bunga mawar. Maka tidak heranlah kalau saat pemberkatan perkawinan, mempelai wanita membawa sekuntum bunga mawar dan ditemani oleh mempelai prianya dengan satu lilin menyalah berhiaskan pita merah pergi mempersembahkannya kepada Bunda Maria.
Lalu mengapa rosario kita sekarang hampir tidak ada yang berbentuk bunga mawar? Perlu diingat bahwa Gereja katolik penuh dengan symbol. Biji-biji rosario yang ada sekarang lebih bermakna simbolis, penghormatan kepada Bunda Maria atas doa-doanya sepanjang masa, dan atas kerjasamanya dengan Yesus dalam karya keselamatan yang ditawarkan oleh Allah atas manusia. Istilah bunga mawar untuk ini masih bisa dilihat dalam Litani Santa Perawan Maria, dengan sebutan "Bunga Mawar yang Ajaib".
Penulis sendiri terpesona saat membaca permenungan seorang kudus yang lebih dikenal sebagai seorang pewarta doa rosario yang ulung, yakni Santo Louis de Monfort. Beliau dengan sangat indah mengkontemplasikan makna dari kuntum mawar itu. Louis de Momfort menjelaskan dengan sangat indah dan rinci arti dari semua symbol bunga mawar. Sang pewarta suci itu menjelaskannya demikian: bunga mawar itu melambangkan Yesus dan Maria dalam kehidupan; daun mawar hijau melambangkan misteri-misteri gembira; duri-durinya melambangkan misteri sengsara; bunganya melambangkan misteri kemuliaan Yesus dan Maria; kuncup-kuncupnya melambangkan masa kanak-kanak Yesus bersama ibunya; kelopaknya yang terbuka melambangkan penderitaan-Nya bersama ibu-Nya; dan mawar yang mekar melambangkan kemenangan-Nya (bdk. Groenen 1987: 181). Sungguh menakjubkan. Sebuah kontemplasi yang sangat indah penuh arti.
Barangkali anda akan lebih terkejut lagi saat mengetahui bahwa manik-manik rosario ini ternyata bukanlah khas milik Gereja katolik. Anda bisa melihat manik-manik seperti yang dibuat untuk rosario di banyak tempat, seperti dalam agama saudara-saudara kita kaum Muslim yang lebih dikenal dengan istilah tasbih, yang biasanya mereka gunakan untuk mendaraskan nama-nama Allah.
Manik-manik atau biji rosario yang tersusun dengan amat sangat indah itu: Salib Tuhan Yesus di ujung rosario (saat mengucapkan pengakuan iman), enam butir rosario pertama: untuk mendaraskan doa Bapa Kami, Salam Maria, dan Kemuliaan, sebuah sekapulir bergambar Bunda Maria; kemudian bergulir lima peristiwa rosario. Nah, sungguh indah bukan? Dan akan jauh lebih menakjubkan apabila sanggup menyelami misteri-misteri rosario. Seperti dikatakan oleh Sto. Irenius, seorang kudus yang sangat berjasa melawan bidaah yang muncul pada abad kedua, "Kematian masuk kedalam dunia melalui Hawa, tetapi kemudian kehidupan masuk ke dunia melalui Maria". Maka logikanya sangat jelas, dan tidak perlu penulis memperpanjangnya lagi.
Mengapa Harus Berdoa Rosario?
Di atas penulis menutupnya dengan kata-kata Sto. Irenius, seorang pembela iman yang hampir tidak terlalu banyak dibicarakan pada abad kedua, tetapi sangat berjasah dalam hal pembelaan iman, dengan kata-katanya yang sangat indah dan menusuk bagai pedang sampai ke lubuk hati. Menurut sejarah kepercayaan kita, karena Hawa kehidupan dunia lenyap, tetapi karena Maria, kehidupan yang lenyap itu kembali ke dunia. Maka, sesungguhnya tidak perlu didiskusikan lagi, bahwa siapa yang mencintai kehidupan pastilah juga menghormati Maria yang telah mengembalikan kehidupan yang hilang itu. Pertanyaannya, bagaimana caranya menghormatinya? Salah satunya adalah dengan berdoa rosario. Tetapi pertanyaan selanjutnya, bagaimana ceritanya sampai doa rosario ini manjadi doa penghormatan kepada Maria – sang pembawa kehidupan ke dunia? Karenanya pentinglah untuk mengisahkan sedikit sejarah munculnya doa rosario.
Berbicara mengenai doa rosario sesungguhnya seperti seseorang yang mencoba mengurai benang kusut, justru karena tidak ada titik tolak yang jelas dalah hal sejarah munculnya. Kendati demikian, penulis mencoba untuk melihatnya pertama-tama membudayanya kebiasaan berdoa rosario di kalangan umat. Dalam pada itu, ketika mencoba melihat sejarah munculnya, maka mau – tidak mau berarti berbicara mengenai seorang pendiri tarekat Ordo Dominikan pada abad XII, yakni Santo Dominikus (wafat 1221), yang di kemudian hari masih menimbulkan pro-kontra dalam hal pemrakarsa doa Salam Maria. Menurut cerita sejarah, konon katanya bahwa Santa Maria menampakkan dirinya kepada Dominikus pada saat sedang berjuang melawan bidaah Albigensian. Dalam penampakannya kepada Dominikus, Bunda Maria berjanji bahwa akan membantu kemenangan Dominikus apabila ia dengan setia mendoakan rosarioa dan mewartakannya. Dominikus waktu itu sedang berjuang melawan sebuah bidaah (Albigensian) yang menolak ke-allahan Yesus dan menolak sakramen-sakramen serta kuasa Gereja, yang kemudian dikutuk oleh konsili Lateran III pada tahun 1179 dan Lateran IV tahun 1215.
Pentinglah untuk dicatata bahwa pada masa Santo Dominikus, kehadiran manik-manik rosario sudah menjadi hal yang umum, karena sebelumnya telah digunakan oleh kaum awam untuk menghitung untaian doa Bapa Kami dan mazzmur yang mereka daraskan karena tidak bisa mendoakan ibadat harian bahasa Latin seperti para rahib. Biji-biji rosario, atau manik-manik rosario ini kemudian hadir seperti untaian rosario yang ada sekarang ini. Santo Dominikus, sang pewarta ulung doa rosario ini bersama dengan Ordo Kartusian yang kemudian membagi doa rosario dalam sepuluh doa rosario dan kemudian diselipkan doa Bapa Kami, menerbitkan buku penuntun sederhana mendoakan doa rosario, serta kemana-mana ia bekhotbah tentang pentingnya berdoa rosario. Setalah zaman Sto. Dominikus, kemudian muncul banyak orang suci yang juga menjadi pewarta doa rosario, bahkan seperti yang anda tahu dalam doa novena tiga kali Salam Maria, muncul nama-nama seperti Sta. Mechtildis, Sto. Antonius dari Padua dan Sto. Leonardus dari Porto Mauritio, Sta. Brigita, dan Sto. Alfonsius Maria de Liguori. Santo-santo besar lainnya yang juga tidak bisa dilupakan dalam hal ini seperti Petrus Kanisius, Philipus Neri, Louis de Montfort, Beato de la Roche, yang mengikuti jejak Santo Dominikus. Meski demikian, perlu juga disadari bahwa pada awal abad 5 pada masa Santo Benedictus, orang sudah mengenal untaian manik-manik untuk menghitung doa vocal yang didaraskan berulang-ulang, seperti yang sudah penulis singgung di atas.
Setelah doa rosario ini "membumi-dan-membudaya" di kalangan umat, akhirnya kepausan mempertegasnya sebagai sebuah doa yang baik untuk didaraskan oleh umat. Bahkan kisah yang sedikit menyeramkan bahwa doa ini dikumandangkan sebagai doa untuk membantu pasukan yang berperang melawan konvoi Turki di Lepanto, Timur Tengah pada hari Minggu, tanggal 7 Oktober 1571, sebuah perang suci antara Armada Laut Kristen dengan Konvoi Turki yang dimenangkan oleh Armada Kristeten secara menakjubkan, karena memang bak perang Daud melawan Goliat, dalam tempo yang sangat singkat.
Pada zaman kepemimpinan Paus Clemens XI, ditentukanlah hari Minggu Pertama dalam bulan Oktober sebagai pesta Sta. Perawan Maria, sebagai tanda peringatan sekaligus syukur atas sebuah kemenangan besar berkat bantuan Bunda Maria dalam peristiwa perang suci pertempuran Armada Kristen atas pasukan raksasa Turki di Lepanto. Bahakan dengan kata-kata yang sangat mengharukan sebagai sebuah pengakuan publik pada zaman itu, dicantumkan oleh Majelis Tinggi Venesia dalam sebuah ruang pertemuan kala itu, ""Non virtus, non arma, non duces, sed Maria Rosari, victores nos fecit," yang artinya, "Bukan kegagahan, bukan senjata, bukan pemimpin, melainkan Maria dari Rosario yang membuat kita menang."
Kisah lain yang bisa dicatat adalah perkembangan penggunaan biji-biji atau manik-manik rosario, yang sesungguhnya sudah sedikit penulis singgung di atas adalah kebiasaan yang terjadi pada abad XII, ketika ada kerinduan dari kaum awam untuk ikut mendaraskan doa-doa harian seperti yang didaraskan oleh para rahib dalam bahasa Latin, maka sebagai gantinya pendarasan mazmur-mazmur adalah mendoakan doa Bapa Kami dengan menghitung tiap-tiap doanya dengan biji-biji manik-manik.
Seiring dengan perkembangannya, maka pada abad XII, saat penghormatan kepada Yesus dan Bunda Maria semakin mendapat tempat, maka biji-biji atau manik-manik yang dipakai untuk doa Bapa Kami oleh awam tersebut kemudian dipakai untuk menghitung doa Salam Maria yang mulai mengumat. Demikianlah maka doa Salam Maria terus berkembang, dan kemudian pada abad XV semakin disempurnakan dengan perpaduan dari doa Malaikat Tuhan kepada Maria (Luk 1: 28) dan pujian yang diucapkan oleh Elisabet (Luk 1: 42), dan tambahan Gereja atas ajaran "Theotokos", Maria Bunda Allah (dari abad V). Semula hanya berupa rumusan dari Malaikat Tuhan (Malaikat Gabriel), tetapi pada tahun 1260-an kemudian ditambahkan dengan kata-kata dari Elisabet kepada Maria, "terpujilah engkau dia atara semua wanita dan terpujilah buah tubuhmu", sedangkan kata "buah tubuhmu Yesus" baru ditambkan pada abad XII. Rumusan doa Salam Maria kemudian hadir seperti rumusan yang digunakan sekaran baru pada abad XV, dengan penyempurnaan Gereja sendiri dengan menambahkan kalimat kedua, "Santa Maria Bunda Allah (theotokos konsili Efesus tahun 431) doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin".
Lama setelah itu, setelah peristiwa penampakan Bunda Maria di Fatima (tahun 1917), kemudian di setiap doa akhir sebuah peristiwa rosario ditambahkan sebuah doa singkat, "Oh Yesusku, ampunilah dosa kami, lindungilah kami dari bahaya api neraka, dan tuntunlah semua jiwa ke dalam surga, khususnya mereka yang sangat membutuhkan belas kasih-Mu". Ini ditambahkan, karena adanya keyakinan bahwa doa singkat tersebut merupakan ajaran sekaligus ajakan Bunda Maria yang diajarkan kepada tiga gadis cantik dan paling beruntung yang mendapat penampakan dari Bunda Maria (Lucia, Yacinta, dan Fransiska) tersebut.
Bulan Rosario : diperkenalkan Paus Leo XIII (1883). Rosario sendiri telah dikenal luas terutama oleh ordo Dominikan. Dan semakin memasyarakat setelah kemenangan tentara Kristen atas Turki di Lepanto (1571) yang diyakini berkat pertolongan Maria Bunda Rosario.
Peristiwa Cahaya
Seperti kita ketahui bahwa pada saman kepemimpinan Paus Yohanes Paulus II, peristiwa rosario ditambahkan dengan dimasukkannya "Peristiwa Cahaya atau Peristiwa Terang" dalam peristiwa-peristiwa rosaria. Peristiwa ini ditambahkan secara khusus dari pengalaman rohani dan kecintaan mendiang Bapa Paus Yohanes Paulu II, dalam memandang Bunda Maria, terutama pada peristiwa usaha pembunuhan pada dirinya dalam beberapa kali kesempatan, khususnya yang terjadi pada tanggal Pada 13 Mei
1981, oleh Mehmet Ali Ağca, seorang ekstremis Turki, kala masuk Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat. (Ağca akhirnya dihukum penjara seumur hidup). Beliau juga sangat menyadari peran Bunda Maria yang sangat besar dalam perjalanan kegembalaanya memimpin Gereja semesta. Maka pada tahun 2003 yang lalu Paus Yohanes Paulus II mengadakan penambahan peristiwa baru dalam doa rosario selain dari peristiwa-peristiwa yang sudah kita kenal dalam doa rosario.
Peristiwa ini disebut dengan peristiwa cahaya untuk mengenangkan kehidupan Tuhan kita Yesus Kristus ketika ia berkarya dan hidup di dunia ini; untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya di surga yaitu menyelamatkan umat manusia dari dosa-dosanya dengan wafat di kayu salib sampai dengan kebangkitan-Nya yang mulia dengan mengalahkan maut. Bersama dengan Maria, kita sebagai umat beriman berdoa untuk keselamatan dunia dari dosa-dosa
Pada tanggal 16 Oktober 2002, Sri Paus Yohanes Paulus II merayakan ulang tahun yang ke-24 sebagai Bapa Suci. Pada waktu yang sama Bapa Suci mengeluarkan 2 ketetapan yang menakjubkan yaitu:
1. Menetapkan bahwa bulan Oktober tahun 2002 sampai bulan Oktober tahun 2003 sebagai Tahun Rosario. Dan beliau meminta kita untuk berdoa rosario bersama Maria untuk perdamaian dunia dan persatuan keluarga-keluarga kristiani.
2. Perubahan yang jarang terjadi dalam doa rosario karena adanya penambahan peristiwa baru dalam doa rosario, yang disebut Peristiwa Cahaya, yang terdiri dari lima peristiwa dari doa rosario untuk menghormati karya Kristus ketika Ia berada di dunia ini. Sehingga peristiwa-peristiwa rosario yang lama yaitu lima Peristiwa Gembira, lima Peristiwa Sedih, dan lima Peristiwa Mulia ditambah dengan lima Peristiwa Cahaya.
Kelima Peristiwa Cahaya itu dapat diurai seperti berikut:
- Pembaptisan di Sungai Yordan – Permulaan karya Yesus dan misi-Nya di dunia ini (2 Kor 5: 21; Mat 3: 17).
- Perkawinan di Kana – Yesus muncul untuk pertama kalinya di tengah-tengah dunia dan sekaligus Iya membuat mujizat pertama kali dari permohonan Bunda-Nya (Yoh 2: 1-11).
- Yesus Mewartakan Kerajaan Allah – Panggilan umum untuk umat kristiani untuk memperluas Kerajaan Allah di dunia ini (Mrk 1: 15; 2: 3-13; Luk 7: 47-48; Yoh 20: 22-23).
- Transfigurasi – Yesus dimulikan di atas Gunung Tabor (Luk 9: 35).
- Misteri Ekaristi – Penghormatan Gereja terhadap Misteri Paskah (Yoh 13: 1).
Mari Menyimak Peristiwa Cahaya :
Kalau kita mencoba mengambil waktu sejenak untuk merenungkan peristiwa-demi-peristiwa dalam peristiwa cahaya ini, maka kita bisa menarik satu benang merah; sesungguhnya peristiwa cahaya ini tidak lain merupakan sebuah perjalanan karya keselamatan Allah atas manusia di dunia. Dimulai dengan peristiwa pertama, " Pembaptisan Yesus di Sungai Yordan". Dalam peristiwa ini Tuhan Yesus yang sesungguhnya tidak mengenal dosa sungguh-sungguh menyatakan rasa solidaritas-Nya kepada manusia dengan meminta Yohanes untuk membaptis-Nya di Sungai Yordan, sekaligus pada peristiwa tersebut Ia memaklumkan diri-Nya sebagai 'manusia tanpa dosa' dengan suara dari surge "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan (Mat 3: 17).
Setelah pembaptisan di Sungai Yordan, kisah perjalanan hidup Yesus tidak banyak direkam oleh penginjil, dan baru akan muncul lagi pada peristiwa perkawinan di Kana (Yoh 2: 1-11), yang oleh Bapa suci Yohanes Paulus II dimasukkan sebagai peristiwa cahaya yang kedua, "Yesus menyatakan diri-Nya dalam perjamuan nikah di Kana". Dalam peristiwa cahaya yang kedua ini Yesus yang sudah diumumkan oleh Bapa-Nya sebagai Putera kesayangan-Nya (Mat 3: 17), kemudian menyatakan keallahan-Nya itu dengan mengadakan mujizat pertama-Nya. Dan yang lebih menarik lagi bahwa dalam peristiwa ajaib di Kana itu, permohonan datang dari seorang ibu-Nya, yakni Maria. Maria sungguh-sungguh yakin bahwa apa yang dimohonnya akan dikabulkan oleh puteranya, kendati drama selanjutnya sangat menarik bahwa Yesus sempat mengatakan kalau waktunya belum tiba. Tetapi sungguh luar biasa, serasa Ia tidak kuasa menolak permohonan ibu-Nya.
Setelah pemakluman di Sungai Yordan dan dipertegas dengan mujizat di Kana, orang kiranya semakin yakin bahwa Yesus anak Maria dan Yosef ini sungguh-sungguh Putera Allah yang datang ke dunia. Dalam suasanya keyakinan inilah Yesus kemudian berkeliling dari desa ke desa dan dari kota ke kota untuk memaklumkan dan memberitakan Injil Allah, dengan kata lain mulai menjalankan misi perutusan Bapa-Nya. Bagian ini dimasukkan dalam bagian peristiwa cahaya yang ketiga, "Yesus mewartakan kerajaan Allah serta menyeruhkan pertobatan". Ia meminta semua orang untuk bertobat dan mewartakan serta menyebarluaskan kerajaan Allah-Bapa-Nya di dunia ini (bdk Mrk 1: 15). Boleh dikatakan bahwa inilah permulaan karya-Nya di dunia. Dalam pada ini juga Ia menawarkan kasih Allah yang murah hati bagi mereka yang mau bertobat (Yoh 20: 22-23).
Dan sebagai puncak dari peristiwa cahaya adalah Transfigurasi, Yesus berubah rupa 'manusia-Allah-Allah-manusia' yang menurut tradisi gereja diyakini ketika Yesus dimuliakan di atas Gunung Tabor. Peristiwa "Pemuliaan Anak oleh Bapa" ini dimasukkan dalam peristiwa cahaya yang keempat. Kemuliaan Allah yang terpancar pada wajah Kristus dan terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia" (bdk. Luk. 9:35). Sekalilagi terdengar kata-kata pemakluman dari Allah Bapa atas sang Putera yang sedang menjalankan misi keselamatan-Nya atas dunia.
Drama kisah kedatangan Yesus dengan misi keselamatan dari Allah atas dunia ditutup dengan peristiwa cahaya yang terakhir, yakni "Misteri Ekaristi". Inilah hadiah terindah dan terbesar Allah dalam diri sang Putera untuk dunia, secara istimewa untuk Gereja. Tuhan Yesus menyerahkan (dengan sukarela) Tubuh dan Darah-Nya kepada Gereja untuk pengampunan dosa. Sebuah tanda cinta tak terbatas bagi manusia dari Allah. Ekaristi ini oleh penulis disebutnya sebagai rahmat terbesar Allah atas manusia sepanjang sejarah.
Kapan Doa Rosario Dengan Peristiwa Cahaya Didoakan?
Ketika Bapa suci (Yohanes Paulus II) memaklumkan peristiwa cayaha ini, beliau meminta agar seluruh umat kristiani mendoakan rosario dengan mengikutsertakan peristiwa cahaya ini. Jika selama ini peristiwa mulia didoakan pada hari Sabtu dan Minggu. Sekarang hari Sabtu didoakan sebagai peristiwa gembira. Alasannya: hari Sabtu merupakan hari istimewa, hari yang dipersembahkan kepada Maria. Dengan merenungkan peristiwa gembira kita menghormati Bunda Maria dengan merenungkan peristiwa ketika Maria menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel. Maka, peristiwa gembira dipindahkan ke hari Sabtu, sehingga hari Kamis dapat mendoakan rosario dengan "Peristiwa Cahaya". Kalau sebelumnya setiap hari Senin dan Kamis mendoakan "Peristiwa Gembira". Hari Selasa dan Jumat mendaraskan "Peristiwa Sedih". Hari Rabu, Sabtu, dan Minggu merenungkan "Peristiwa Mulia".
Untuk lebih jelasnya dapat melihat tabel yang disusun di bawah ini :
HARI | ATURAN LAMA | ATURAN BARU |
Senin | Peristiwa Gembira | Peristiwa Gembira |
Selasa | Peristiwa Sedih | Peristiwa Sedih |
Rabu | Peristiwa Mulia | Peristiwa Mulia |
Kamis | Peristiwa Gembira | PERISTIWA CAHAYA |
Jumat | Peristiwa Sedih | Peristiwa Sedih |
Sabtu | Peristiwa Mulia | PeristiwaGembira |
Minggu | Peristiwa Mulia | Peristiwa MUlia |
Mari Berdoa Rosario
Setelah menelusuri perjalanan panjang munculnya doa rosario di atas, dan setelah melihat dan moga-moga menyelami kuasa dari doa rosario, maka sekarang mari kita menyelam lebih jauh untuk menikmati keindahan tak terselami dari doa rosario. Namun sebelum menyelam lebih dalam lagi dan melihat keindahan dan harta karun di balik doa rosario, penulis ingin membangunkan anda terlebih dahulu dari tidur anda.
Pertama, Sto. Ireneus yang hidup sekitar tahun 130 M s.d 200 M (abad II), telah mengkontemplasikan peranan Maria dalam Gereja dan dunia dengan kata-katanya yang indah,"Kehidupan di dunia ini hilang oleh karena Hawa, tetapi berkat Maria kehidupan yang hilang itu kembali masuk kedalam dunia". Penulis ingin membangunkan anda di sini dengan merenungkan dalam-dalam hasil permenungan indah dari Sto. Irenius tersebut. Kehidupan yang hilang dan telah kembali itu harus dipelihara sekarang dan saat kita mati, yang nampak jelas dalam pragrap kedua doa Salam Maria, "doakanlah kami sekarang dan waktu kami mati". Kehidupan itu bukan hanya menyangkut kehidupan sekarang, tetapi juga menyangkut kehidupan saat setelah kematian. Gereja (kita; anda dan saya) memohon kepada Bunda Maria untuk memelihara kehidupan kita mulai saat ini dan di sini (hinc et nunc) dan juga untuk saat kita mati (entah kapan). Dengan kata lain, apabila anda mencintai kehidupan anda dan ingin mempertahankan serta memeliharanya; baik saat sekaran maupun saat nanti, maka datanglah kepada Bunda Maria-sang pembawa kehidupan yang telah hilang ini kembali kedalam dunia.
Kedua, penulis ingin membangunkan anda lagi dari pesan Bunda Maria kepada Sto. Dominikus yang menjadi pewarta ulung doa rosario, "Aku akan membantumu dalam perjuanganmu apabila engakau dengan setia dan tekun mendoakan dan mewartakan rosario kepada semua murid Puteraku (dibahasakan lain oleh penulis)".
Ketiga, penulis lagi-lagi akan membangunkan anda dengan permenungan permohonan Maria-Bunda Yesus dalam perkawinan di Kana (Peristiwa Cahaya kedua). Dalam peristiwa perkawinan di Kana, Bunda Maria-lah yang pertama meminta Yesus, puteranya untuk mengadakan mujizat pertama dan Tuhan Yesus mengabulkan permohonan ibunya tersebut. Maka kalau kita menitipkan doa-doa kita kepada Bunda Maria untuk diteruskan kepada Yesus puteranya, kita percaya bahwa 'mujizat-mujizat' berikut akan dibuat oleh Yesus atas permohonan Bunda-Nya.
Kecuali oleh ajakan Gereja yang diamanatkan oleh para Paus, kiranya tiga hal di atas ini membuat anda terbangung dari tidur anda yang panjang, untuk segera bangun dan mendoakan rosario demi hidup anda sekaran dan pada waktu anda mati. Dengan tiga asalan yang telah penulis sampaikan di atas ini, kiranya tidak ada alasan untuk tidak mencintai doa rosario, yang dalam praktek kehidupan menggereja selama ini perlahan-lahan ditinggalkan atau paling tidak dipandang sebelah mata, terlihat dari kehadiran umat pada saat doa rosario di rukun-rukun atau pada saat ziarah paroki atau keuskupan.
Akhir Kata (Refleksi Singkat)
Seperti sudah penulis tuliskan dalam bagian pengantar di atas, bahwa saat sedang menyusun tulisan ini suasana alam kompleks pastoran Bokin dalam suasana gelap gulita. Bukan karena mati lampu, bukan pula karena tidak suka kerja siang, apalagi karena disengaja, tetapi karena memang waktu yang sangat mepet dan harus membuatnya dalam waktu semalam suntuk di daerah tanpa listrik. Untunglah bahwa malam ini, lilin pasakah yang kami pakai waktu malam paskah yang lalu masih cukup baik untuk membantu penerangan, sekedar membantu penulis mengecek tahun-tahun penting dari beberapa sumber bacaan yang ada di rak ruang kerja penulis. Tetapi dalam pengalaman kegelapan inilah muncul inspirasi yang menurut penulis sangat berharga, khususnya saat diminta untuk membuat tulisan dengan tema, "Peristiwa Cahaya" dalam doa rosario.
Apa yang menarik dari pengalaman penulis malam ini adalah permenungan tentang "pentingnya sebuah terang atau cahaya" dalam hidup. Kendati Allah barangkali sudah sengaja menciptakan siang dan malam; supaya pada siang hari manusia bekerja dan pada malam hari manusia beristirahat, tetapi permenungan tentang terang bagi penulis amatlah berharga, khususnya ketika merenungkan tentang Terang yang sesungguhnya, yakni Yesus Kristus.
Nah, untuk bahan refleksi singkat pada bagian penutup ini mari sejenak kita bermain kata-kata. Penulis ingin mengajak anda untuk menyimak sebuah permenungan penulis tentang arti sebuah terang atau cahaya. Konon katanya manusia dikarunia tiga mata: mata kepala (indera penglihatan), mata kaki (di kaki, kecuali mata yang satu ini sampai sekarang penulis belum sanggup menyebutnya sebagai mata hahahaha), dan mata hati. Dan konon juga katanya siarat mutlak yang dibutuhkan mata untuk menjalankan fungsinya dengan normal adalah adanya terang atau cahaya. Anda bisa melihat benda dengan indera penglihatan anda dalam jarak tertentu ketika ada terang atau cahaya, tetapi ketika kegelapan meliputinya anda tidak bisa melihatnya dengan mengandalkan indera penglihatan, kecuali dengan alat penglihatan lain yakni mata hati tetapi dengan pengandaian mata hati anda itu disinari oleh cahaya yang datangnya entah dari mana (seperti yang dibuat oleh para rahib kontemplatif ).
Demikian juga dengan mata hati anda. Apabila anda ingin memfungsikannya dengan normal, maka mau tidak mau-suka tidak suka, wajib hukumnya meminjam sebuah terang atau cahaya, yang entah dari mana anda meminjamnya. Namun dalam terang iman kita, ketika kita ingin supaya mata hati kita berfungsi normal maka terang atau cahaya yang akan kita gunakan untuk menereanginya adalah Terang Yesus Kristus sendiri, yang datang sebagai terang dunia (bdk. Yoh 1). Dan Terang itu telah datang ke dalam dunia lewat seorang perawan bernama Maria. Dialah bunda Terang yang melahirkan kehidupan dunia, supaya dunia yang telah diliputi kegelapan dosa kemudian bercahaya berkat kehadiran sang Terang, yakni Yesus Kristus sendiri.***
Bokin, Toraja Utara:
Medio September 2011
P. Y a n s Sulo Paganna', Pr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar